Rabu, 20 Januari 2010

Biopik seorang Marxis dalam perspektif Marxis - CHE part 1 dan Part 2 (the Argentine & Guerilla)

download

oleh William Chandra

Ernesto “Che” Guevara sendiri adalah seorang marxis sosialis, seorang revolusioner di belakang keberhasilan Fidel Castro dalam menggulingkan pemerintahan berkuasa Fulgancio Batista, yang didukung oleh pemerintahan amerika, pada tahun 1959. Dan menetapkan kebijakan ekonomi Marxist pada Negara Kuba.

Tokoh Che sendiri selain seorang revolusioner, ideologi marxis di balik semua tindakannya sangat kuat, oleh karena itu film Che part 1 dan Part 2 itu sendiri tidak dapat terlepas dari ideologi, seharusnya. Tetapi saat kita menonton Che part 1 dan Part 2 notabene kita tidak akan mendapatkan sedikitpun pencerahan akan apa itu marxisme, atau ideologi lainnya yang melatar belakangi kejadian dalam film. Intinya kita tidak akan mengetahui apapun tentang hal tersebut setelah menonton, kita tidak akan terpengaruh karena pada dasarnya Che part 1 dan part 2 bukanlah sebuah film yang “berceramah” tentang ideologi, apalagi mencoba untuk mempengaruhi penontonnya. Netral? Tidak juga, tetapi film Che part 1 dan Part 2 ini adalah referensi dibalik segala pemikiran baik oleh Che itu sendiri maupun ideologi Marxis yang melatar belakanginya. Oleh karena itu saya berangkat dari karya tulisan Marxis dan Che sendiri dalam menemukan bentuk dan gaya yang diterapkan dalam film. Secara sederhana sebagai introduksi apa sebenarnya yang akan coba diungkapkan dari tulisan ini saya akan memberi contoh: (yang semoga membantu dalam membaca keseluruhan tulisan ini) dalam Marxisme pengaplikasian taktik revolusi, terdapat penekanan terhadap aksi Anti-Teror, bahwa pengeboman terhadap Bank of Amerika, segala tindakan anarkis terhadap produk maupun instansi kapitalisme bukanlah inti dari taktik revolusi, karena inti dari revolusi adalah menghancurkan inti dari sistem sedangkan tindakan terorisme tidak dapat mencapai tujuan tersebut, hal ini teraplikasikan dalam film Che Part 1 dan Part 2 selama perjuangannya Che tidak bertindak anarkis terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan musuhnya, yang dalam film adalah pemerintah berkuasa, tetapi berfokus pada menghancurkan kekuatan musuh dan menyebarkan ajaran marxis kepada masyarakat (pada masyarakat buta huruf di ajarkan terlebih dahulu baca tulis) karena prinsip marxis sediri tidak akan berjalan jika rakyat buta huruf, dan juga lebih beresiko untuk di bodohi oleh pihak imperialis.

Naratif, masyarakat kapitalis menggambarkan perjuangan dengan konflik konflik dimana seorang individu dengan kualitas yang baik sajalah yang dapat menuju kesuksesan. Hadiah berada di kejauhan sebagai tujuan, dan jalan untuk mencapainya penuh kesendirian, maka selanjutnya setiap individu bertransformasi kedalam homo homini lupus manusia sebagai serigala yang memburu sesamanya, dengan pemenangnya yang muncul dengan kegagalan lainnya. Potongan artikel dari Sosialisme dan Manusia di Kuba yang ditulis oleh Che Guevara (1965)

Tampak jelas bahwa struktur naratif klasik memiliki kesamaan dalam penggambaran masyarakat kapitalis dalam tulisan Che yang di kritisnya, dan bentuk naratif dalam Che part 1 dan part 2 bukan kebetulan tidak menggunakan naratif klasik tetapi lebih kepada art cinema narration, yang sebenarnya adalah segala jenis naratif di luar naratif klasik, ini dapat di buktikan melalui ketiadaannya omniscience point of view, penonton tidak lagi di tempatkan sebagai yang mahatahu. pada bagian pertama kita langsung mengikuti perjuangan Che tanpa eksposisi latar belakang, dan bagaimana ia sampai terlibat menjadi seorang gerilyawan. Begitu juga pada bagian kedua, tidak ada referensi pemikiran yang melatar belakangi tendensi politiknya, bagaimana ia akhirnya bisa terlibat dalam revolusi di kuba, kenapa ia meninggalkan kuba dan tahun tahun antara paska revolusi di kuba dan keterlibatannya di Bolivia. Kenapa Bolivia? Sebagai protagonis, pendekatan terhadap tokoh Che tidaklah lazim seperti pada naratif klasik, Che di gambarkan apa adanya apa yang tidak ada, tidak diketahui faktanya tidak di asumsikan, contohnya latar belakang pendidikan dan bagaimana ia memiliki kemampuan medis, hubungannya dengan Fidel Castro sebagai pemimpin yang ia hormati, tidak diperlihatkan bagaimana sebenarnya hubungan pribadi kedua tokoh penting tersebut, begitu pula hubungan dengan keluarganya ia diperlihatkan makan dengan keluarganya di meja makan lalu, saat berduaan dengan aleida, istrinya, ia tidur di pangkuan istrinya, pada awal film Che part 2. Lalu kita langsung di bawa pada tanggal ia mulai memasuki Bolivia, tidak ada dramatisasi, atau mencoba memanusiawikan Che, apa yang dirasakan saat meninggalkan istrinya, begitu pula sebaliknya, sesuatu yang sering kita temukan pada naratif klasik sebagai alat untuk identifikasi penonton. Plot berpindah dari satu ruang dan waktu ke ruang dan waktu yang lain tanpa sebuah kejelasan kausalitas. Jika kita tidak di bekali referensi sejarah yang kuat, Kita hanya diberikan potongan potongan kasar perjuangan Che di Kuba dan Bolivia, tiada kejelasan motif di baliknya maupun eksposisi sebab dan akibat.

Ini semata mata tidak ingin menempatkan Che kedalam sebuah posisi yang ia sendiri tentang yaitu sebagai sebuah individu pengemban nilai dalam masyarakat kapitalis, oleh karena itu ia di tempatkan sedemikian rupa sesuai dengan ideologinya, bukan individu yang didikte untuk mencapai sebuah tujuan ia harus menjadi fokus identifikasi, tetapi ia di samakan bersama dengan rekan rekannya yang lain secara shot. Karena pandangan kesama rataan status antara satu dengan yang lainnya dan menghindari persaingan untuk menjadi yang terbaik, ciri masyarakat kapitalis, yang sekali lagi, di kritisi oleh Che.

Juga dalam artikel yang ditulis oleh Che (1965) sosialisme dan manusia di kuba, beberapa kali ditekankan dalam sebuah revolusi dibutuhkan sebuah ikatan yang kuat antara pemerintahan (yang dicontohkan olehnya Fidel Castro sebagai pemimpin) dengan massa dan dengan individu. Dalam mewujudkan kesuksesan tujuan revolusi seperti pernyataanya dalam film setelah perang di santa clara di menangkan oleh pihak revolusioner, perang sudah usai revolusi baru dimulai, walaupun paska perang revolusi kuba tidak lagi diperlihatkan tetapi, sepanjang Part 1 kita dapat melihat bagaimana sambutan dan hubungan baik masyarakat dengan pejuang revolusi, Bahkan merupakan sebuah nilai revolusi yang tidak dapat ditolerir jika pejuang revolusi merusak nama revolusi di mata massa, ini diperlihatkan secara konsisten dalam Part 1 dan Part 2, jika ada pejuang yang melanggar nilai nilai tersebut maka tanpa belas kasihan mereka akan dieksekusi, pejuang revolusi bukanlah junta militer seperti pada pemerintah yang berkuasa, tetapi merupakan bagian dari rakyat.yang pada Part 2 adalah sebaliknya, massa di Bolivia yang mengkhianati pejuang revolusi dengan mudahnya kepada pasukan pemerintahan, inilah kontradiktif terhadap tulisan Che dimana saat elemen pemerintah (dalam hal ini pejuang revolusi) tidak menyatu dengan massa dan individu maka tujuan dari revolusi tidak mungkin tercapai.

Pendidikan juga merupakan point penting dalam memobilisasi massa dalam tulisannya pada artikel yang sama, bagaimana masyarakat dalam mentransisikan mereka dari masyarakat kapitalis dimana komoditi menjadi hal penting. Kepada masyarakat sosialis, yang mengembalikan asset produksi kembali kepada masyarakat membutuhkan pendidikan dan oleh sebab itu demokrasi borjuis dengan dewan perwakilannya tidak akan berhasil, dibutuhkan seorang pemimpin tunggal dimana bersama sama dengan massa dan individu, tidak boleh terlalu jauh di depan ataupun jalan di tempat. Mencapai tujuan revolusi. Oleh sebab itu di dalam Che part 1 bahkan selama perjuangan revolusi, kamp perjuangan di bangun sekolah (dan bantuin medis gratis) untuk mendidik massa sekitar. Tanpa formalitas yang berlebihan dengan tetap menjaga manusia untuk terbebaskan dari keterasingannya.

Perang gerilya;

Perang gerilya dalam taktik revolusi adalah karakter dari revolusi, operasi gerilya adalah bagian yang dibutuhkan terhadap kelas penguasa, perang gerilya bukanlah sebuah bagian perang yang independen tetapi merupakan perang secara menyeluruh dalam aspek perjuangan revolusioner.dan terdapat langkah langkah dalam mewujudkan kebijakan tersebut:

1. menggalang dan mengorganisasi orang

2. mencapai kesatuan politis secara internal

3. menentukan markas

4. mempersenjatai kekuatan

5. mengembalikan kekuatan nasional

6. menghancurkan kekuatan nasional musuh

7. dan mengambil kembali daerah yang hilang.

Che sendiri menuliskan esensi perang gerilya, hal ini penting untuk di bahas karena Che Part 1 dan Part 2 secara menyeluruh memperlihatkan perjuangan saat Che adalah seorang gerilyawan, dengan mengerti esensi dari perang gerilya maka kita dapat mengerti alasan dibalik pemilihan ruang dan waktu kejadian tersebut sebagai fokus utama dalam film yang notabene adalah Biopik Ernesto “Che” Guevara.

Esensi perang gerilya Che, keyakinan bahwa revolusi Kuba telah memberikan tiga kontribusi fundamental bagi perilaku gerakan revolusioner di Amerika selatan, yaitu :
1. Kekuatan rakyat dapat memenangkan sebuah peperangan melawan tentara.
2. Adalah tidak perlu menunggu hingga semua syarat kondisi Revolusi ada; pemberontakan dapat menciptakannya.
3. Di Amerika Latin yang terbelakang ini, arena perjuangan bersenjata pada dasarnya haruslah di daerah pedesaan.

Dari ketiga sumbangan itu, dua yang pertama merupakan jawaban tandingan terhadap sikap pasif kaum revolusioner atau kaum revolusioner semu yang menyembunyikan dirinya dan ketidakaktifan mereka dengan berdalih tak ada yang dapat dilakukan untuk menentang tentara profesional; dan beberapa diantara mereka hanya duduk saja sambil menunggu hingga (secara mekanis) seluruh kondisi obyektif dan subyektif muncul, tanpa bekerja untuk mengakselerasikan kondisi tersebut. Ketika masalah-masalah ini sudah menjadi topik pembicaraan di Kuba, sampai kenyataan menjawabnya, mungkin ini masih didiskusikan di Amerika.

Pernyataan Che diatas sangat kuat di tuangkan dalam film Che part 1 dan part 2 secara tak terpisahkan, part 1 perjuangan Che dan Fidel Castro menemukan segala alasan baginya untuk tidak memulai revolusi ketiadaan persenjataan, akomodasi dan orang, tetapi Fidel Castro menjalankan tetap menjalankan revolusi tersebut sampai pada akhirnya berhasil, tanpa syarat pendukung sebelumnya. Sedangkan di Bolivia saat Che ber inisiatif untuk merevolusi Negara tersebut memimpin pemberontakan terhadap pemerintah berkuasa, partai komunis yang semula diharapkan memberikan dukungan dan bantuan mundur dengan alasan yang siungkapakan oleh Che pada tulisannya di atas. Segala alasan atas ketidak siapan, kondisi yang tidak memungkinkan dan ketidak tepatan waktu. Ini ditegaskan kembali oleh Che kapada representative partai komunis tersebut, Mario, bahwa di bagian dunia manapun dimana manusia dieksploitasi oleh sesama manusia, kondisinya adalah tepat.

Dan untuk point ke tiga di jelaskan oleh Che dalam artikel yang sama sebagai berikut, Sumbangan ketiga pada dasarnya bersifat strategis, dan merupakan sebuah omelan terhadap mereka yang secara dogmatis berpandangan bahwa perjuangan massa berpusat dalam gerakan-gerakan di perkotaan, yang mana mereka sepenuhnya mengabaikan partisipasi yang luar biasa dari rakyat pedesaan didalam kehidupan semua negara terbelakang di Amerika Latin. Disini kita bukannya melecehkan perjuangan massa buruh yang terorganisasi. Di sini kita semata-mata melakukan analisis secara realistik terhadap kemungkinan-kemungkinan, dibawah kondisi sulitnya perjuangan bersenjata, dimana jaminan-jaminan yang biasanya menghiasi konstitusi kita telah ditekan atau diabaikan oleh penguasa. Di dalam kondisi demikian gerakan bawah tanah kaum buruh menghadapi banyak bahaya. Mereka harus bergerak tanpa persenjataan. Situasi di daerah pedesaan yang lebih terbuka tidak terlalu sulit. Dimana penduduk dapat didukung oleh gerilya bersenjata di tempat-tempat yang berada diluar jangkauan represif. Ini secaar terepresentasikan dalam film, bahkan sebelum pada akhirnya mereka menyerang Santa Clara di akhir Part 1 dan kegagalan di Part 2, mereka berkutat dan berpusat terlebih dahulu dalam menggalang kekuatan di daerah perdesaan, dan pada bagian Part 1 membuktikan dalam ekspedisi mereka di daerah perdesaan dapat membantu mereka para gerilyawan untuk menggalang kekuatan dan merekrut anggota anggota baru, atau sebaliknya yang terjadi pada Part 2. Dimana mereka malah dirugikan oleh masyarakat yang tidak berpihak tetapi itu bukan intinya.

Masih dari artikel esensi perang gerilya Che, Oleh karena itu pejuang gerilya mendasarkan diri sepenuhnya pada dukungan rakyat di suatu area. Ini mutlak sangat diperlukan. Dan di sini dapat dilihat secara jelas dengan mengambil contoh kelompok-kelompok bandit yang bekerja di suatu daerah. Mereka memiliki semua karakteristik dari sebuah tentara gerilya : Homogenitas, patuh pada pemimpin, pemberani, pengetahuan tentang lapangan dan seringkali bahkan memiliki pemahaman lengkap tentang taktik yang harus digunakan. Satu-satunya kekurangan mereka adalah tidak adanya dukungan dari rakyat, dan tidak terhindari lagi kelompok-kelompok bandit itu ditangkap atau dihancurkan oleh kekuatan pemerintah. Disini jumlah tentara Che berbanding terbalik dengan kekuatan pemerintah berkuasa tetapi kontras antara Part 1 dan Part 2 antara ada tidaknya dukungan dari rakyat menjadikan kedua film sebagai uji coba dan pembuktian atas tulisan Che diatas. Tentara gerilya adalah bagian dari masyarakat, pejuang masyarakat terhadap kelompok penindas,dalam Part 1 kita sebenarnya tidak melihat motif atas revolusi yang dilakukan, tidak ada eksposisi sebab, tetapi sebenarnya ini di jelaskan pada Part 2 yang kurang lebih memiliki motif yang sama yaitu perlawanan terharap kelompok beserta instansi penindas, seperti yang di ungkapakan Che kepada Mario, bahwa ia sangat jelas melihat kondisi memungkinkan bagi revolusi akena ekspoitasi dan penindasan terhadap kelas bawah, dimana manusia sebagai komoditi, anak anak bekerja di pertambangan, 50 % pekerja tambang meninggal dibawah umur 30, saat pekerja tambang demo meminta kenaikan upah mereka di bantai oleh militer, tingkat mortalitas tinggi di amerika selatan karena tidak memadainya sistem kehatan dan rumah sakit. Ini lah motif motif revolusi yang di perjuangkan.

Marxisme seperti yang diungkapkan oleh marx sendiri adalah filosofi dalam menginterpretasi dunia, tetapi intinya adalah mengubah dunia. Jadi marxisme adalah pengetahuan yang digunakan oleh manusia untuk mengubah dunia.

Mengetahui kapitalisme sebagai sistem yang berkuasa sampai pada titik imperialism tidaklah cukup, dengan menjadikan sosialisme sebagai sistem yang berhasil adalah tujuannya, dan mentransformasikan hal tersebut tidaklah segampang mentransformasi air menjadi es, dan hal tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya terkecuali melalui tindakan nyata manusia, marxisme mengklaim pengetahuan untuk membimbing manusia menuju tujuan tersebut.

Masalah agama dalam Negara komunisme, sempat di singgung pada akhir Part 2 dimana tentara Bolivia yang bertugas menjaga Che menanyakan bagaimana keadaan Kuba, Che menjawab dalam progress, kemudian tentara tersebut menanyakan bahwa Negara komunis, Kuba. Tidak percaya akan tuhan, Che menjawab memang tidak ada sebuah agama particular yang di peluk oleh rakyat kuba, tetapi mereka percaya pada Tuhan. Dan Che sendiri menjawab ia percaya kepada kemanusiaan, dan itulah yang ia perjuangkan sampai akhir hidupya.

Che dalam tulisannya Sosialisme dan Manusia di Kuba menyatakan kembali pandangan marxis terhadap agama.

Dalam pemaparan ringkas fenomena ini, adalah sama seperti proses dimana kesadaran kapitalis terbentuk dalam periode awalnya. Kapitalisme menggunakan kekuatan tapi justru itu mendidik orang akan sistem tersebut. Propaganda langsung dilakukan dengan menjelaskan keniscayaan masyarakat kelas, apakah melalui teori asal-usul takdir atau teori mekanika hukum alam.

Pendidikan ini membodohi massa, karena mereka memandang dirinya sebagai makhluk yang ditindas oleh sebuah kekuatan jahat dimana mereka tidak mungkin menentangnya.Datanglah saatnya harapan baru untuk memperbaikinya--dan hal ini, kapitalisme berbeda dari sistem kasta yang paling awal, dimana tak ada jalan keluar yang ditawarkan.

Bagi beberapa orang, prinsip sistem kasta akan tetap memberi efek: hadiah bagi yang taat akan diterima setelah kematian di dunia lain dimana, menurut keyakinan lama, orang baik akan diberi hadiah. Bagi orang lain ada inovasi ini: pembagian kelas ditentukan oleh takdir, namun individu dapat bangkit keluar dari kelasnya melalui kerja, inisiatif, dsb.

Kedua ideologi ini dan mitos tentang manusia individu membentuk dirinya sendiri, jelas-jelas merupakan kebohongan: ia sudah menunjukkan dirinya, bahwa sebuah kebohongan akan adanya klas permanen adalah kebenaran.

Hal ini menjelaskan agama sebagai alat kapitalis bukanlah penyangkalan terhadapa adanya Tuhan.

Juga pada akhir bagian Part 2 setelah Che ditangkap dan bertemu dengan Jendral Bolivia, ia ditentang apa yang membuatnya (Che) berpikir bahwa masyarakat Bolivia akan reseptif terhadap idenya, lalu ada sebuah pernyataan dari Che yang berkaitan kuat dengan tulisannya, Bahwa masyarakat tidak reseptif terhadap ide revolusi mungkin karena mereka mempercayai kebohongan kebohongan pemerintah berkuasa, berikut tulisan yang berkaitan kuat dengan scene tersebut.

Beberapa fenomena seperti ini memang bisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para politisi nampak mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai gerakan sosial murni (jika benar-benar murni, maka tidak sepenuhnya benar mengatakan mereka sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan, jika orang yang itu mampu terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan bertahan selama kekasaran masyarakat kapitalis terus-menerus menciptakan illusi terhadap rakyat.

Kegagalan Che di Bolivia dalam adegan tersebut secara eksplisit menolak bahwa ide yang ia perjuangkan gagal, ia sepenuhnya yakin pada sosialisme yang akan membawa perbaikan standar hidup dan kesejahteraan bagi masyarakat amerika selatan. Marxisme sebagai ideologi tidak gagal, kegagalan di Bolivia adalah semata mata karena kemampuan pemerintah untuk memobilisasi opini umum untuk memihak kepada kelas penguasa.

Pertanyaan yang paling mendasar mendasari analisa film Che part 1 dan part 2 ini adalah, dengan melihat sebagai seorang revolusioner, apa relevansi filmnya dalam konteks masyarakat non revolusi sosial. Tapi sebelumnya kita akan melihat garis besar film Che part 1 dan 2

Filmnya sendiri tidaklah berangkat dari kacamata historis tetapi dari sudut pandang Che sendiri, yang menurut pengakuan berdasarkan catatan harian Che (Reminiscences of the Cuban Revolutionary War dan Bolivian Diary, The Argentine and Guerrilla )selama berjuang sebagai gerilyawan yang membantu revolusi di kuba (menggulingkan pemerintahan batista) dan kegagalannya di Bolivia. Filmnya sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu perjuangannya di kuba dan bagian kedua di Bolivia, tetapi dapat dibayangkan hampir setiap penonton yang memutuskan untuk menonton Che part 1 dan part 2 sudah dapat di pastikan sedikit banyak mengenal sosok ini, dan dari judulnya saja begitu kita melihat frame pertama pada film ini, sadar atau tidak sadar penonton sendirilah yang mencoba untuk mengidentifikasi mereka terhadap tokoh Ernesto Guevara. tetapi Che di film Che part 1 dan part 2 bukanlah seorang Che yang digambarkan secara personal, tetapi seorang Che sebagai figure public. Dengan dua bagian film ini Part 1 dan Part 2 penggambaran hidup pribadi seorang Che sangatlah sedikit tersentuh. Sondenbergh menjaga jarak antara penonton dengan Che, memperlihatkan Che tanpa menjustifikasi secara teknis, Che seorang revolusioner, pemimpin sekaligus eksekutor yang intoleran. Bahkan bagian hidupnya yang penting saat ia mengelilingi amerika selatan seperti yang di gambarkan dalam Motorcycle Diaries. Apakah ini cara sebenarnya dalam memperlihatkan seorang marxis dalam film?

pada awal Part 1 dan Part 2 kita selalu diperlihatkan kondisi geografis peta Negara Negara dan daerah dimana Che menjalankan perjuangannya, dalam waktu yang cukup lama. Penonton yang terburu buru mencari sosok Che tersebut, teralienasi sedemikian rupa menjadi sadar (self conscious), lalu pembukaan film dimulai di Havana 1964 dengan wawancara seseorang berbahasa inggris yang kemudia kita ketahui sebagai wartawan amerika yang bertanya, jikalau usaha amerika untuk membantu Negara Negara amerika selatan berhasil mempengaruhi kelas penguasa untuk mereformasi pajak dan tanah dan meningkatkan standar hidup masyarakat, bukankah pesan revolusi kuba akan kehilangan kekuatannya ?, diperlihatkan Che dalam hitam putih, camera handheld, dan extreme close up (secara konsisten diperlihatkan seperti ini untuk adegan diluar perjuangannya di kuba), Che tidak menjawab, kita langsung di bawa pada potongan potongan gambar Batista penguasa Kuba yang terlihat dekat dengan orang orang amerika mulai tahun 1952,serta aparat keamanan yang memukuli orang orang yagn sedang memberontak, tindakan represif pemerintah. Eksposisi singkat terhadap sebab tersebut, langsung ke meja makan 1955 di mexico city dimana Che diajak oleh Fidel Castro untuk ikut berjuang bersamanya di Kuba. sepanjang film ini merupakan pernyataan terhadap pertanyaan pertanyaan yang di ajukan oleh sang wartawan, pernyataan Che yang di paralelkan dengan perjuangannya di kuba menjadi bukti. Tetapi bukanlah sebuah obrolan berisi ideologi. Melainkan aksi reaksi nyata antara revolusi dan kontra revolusi. Ditengah tengah adegan dalam film suara dapat tiba tiba di cut dengan non diegetic sound Che yang menjawab ataupun sekedar menceritakan perjuangannya di Kuba kepada wartawan. Intervensi suara yang tiba tiba ini di sepanjang film secara intermiten mengalienasi penonton.

penggambaran Che tidak mengena ke penonton. kita melihat Che menggunakan kemampuan medisnya untuk membantu masyarakat miskin di daerah yang ia lewati selama masa perjuangannya sebagai gerilyawan, menyuruh para pejuang yang di rekutnya dari kalangan kelas pekerja untuk belajar, dan gejala gejala asma yang secara konsisten diperlihatkan dalam film. Tetapi film ini tidak melakukkan penekanan terhadap keunikannya tetapi disamakan secara seimbang dengan rekan rekannya sesame pejuang gerilyawan. tendensi politik daripada kelompok revolusi ditunjukkan oleh interaksi antara pejuang gerilyawan dengan penduduk local, masyarakat. Disini ketidak toleransian che dalam perjuangan revolusi dipresentasikan secara jelas. Sewaktu kelompok gerilyawan terbuka untuk merekrut mereka yang ingin ikut bergabung dan berjuang, mereka diberikan sebuah periode percobaan kemudian mereka diberikan kesempatan untuk pergi. Lalu Che dalam memimpin pasukannya tidak mengenal belas kasihan terhadap mereka yang melanggar kode perjuangan, berperilaku buruk, dan dapat merusak imej dari revolusi di mata masyarakat.

Che part 1 dan part 2 secara struktur terlihat kasar, sering kali strukturnya terlihat seakan tak terbangun secara bentuk, seperti sebuah gabungan footage footage atau materi kasar. Plot berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara tidak kronologis, tetapi di setiap awal dari segmen diberi title tempat dan tahunnya. Secara temporal film Che part 1 menggunakan pola flashback. Tetapi dengan melanggar konvensi umum flashback perjuangannya di perlihatkan berwarna dan present time di perlihatkan sebaliknya, hitam putih. Dengan gaya sinematografi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dari segi bentuk sudah dapat dipastikan secara keseluruhan tidak ada sebuah usaha untuk membangun struktur dramatik dari awal sampai akhir, tergantung interpretasi masing masing penonton maka kita hanya mengikuti perjuangan tanpa adanya struggle (perjuangan), ataupun suspense (ketegangan), dan permainan informasi. Informasi kita dapatkan sedemikan rupa hanya mengikuti kronologis perjuangannya. Tidak ada usaha mendramatisasi ataupun penekanan pada scene scene tertentu, yang sangat lazim kita temukan pada film mainstream, naratif klasik. Secara keseluruhan struktur dramatiknya datar. penonton diposisikan tidak dalam kondisi omniscience sebagai maha tahu, dengan hanya berfokus pada perjuangan Che dan beberapa pemikiran serta saat ia memimpin sebagai seorang comandante, memberikan perintah perintah, kita menegnal Che melalui aksi aksinya tanpa benar benar mengetahui apakah yang sebenarnya terjadi? Seperti jarak waktu antara Che part 1 dan part 2 yang mencakup 10 tahun. Sengaja atau tidak sengaja, dapat di katakana sebagai kelemahan atau tidak, terlepas dari itu menonton Che part 1 dan part 2 tanpa referensi yang kuat akan tokoh Ernesto “Che” Guevara dan apa yang sebenarnya terjadi saat revolusi terjadi di tahun itu, maka kita tidak memiliki pegangan dalam menonton, meraba raba informasi yang diberikan dan ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri intinya kebingungan. Sangat non tipikal naratif klasik. Membawa penonton lebih dekat kepada ide daripada aksi dalam film tersebut.

Kebingungan tersebut muncul dari dua hal: pertama, soderbergh (sutradara) tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk mengerti segala sesuatu yang dipresentasikan. (terlepas dari begitu banyaknya informasi yang ditempatkan dalam frame) dan kedua ia tidak menawarkan sebuah konvensi biopic pada umumnya atau film aksi perang.ia secara sengaja tetap menjaga jarak tersebut dari Che, menempatkannya sebagian besar jauh dari penonton dengan wode shots dan sebagai bagian dari sebuah kelompok. Kita harus menggali tokoh Che dari apa yang diucapkannya dan perannya sebagai comandante. Secara essential Che adalah sebuah film tentang pemimpin revolusioner bersayap kiri, memimpin orangnya menuju kemerdekaan. Secara revolusioner pembuatan film ini juga berusaha menerapkan estetis realis sesuai dengan prinsip teori film marxis dengan dengan pengambilan gambar dilakukan dengan RED digital camera, dioperasikan sendiri oleh sang sutradara Soderbergh dengan alias peter Andrews di credit title. Juga di edit sendiri olehnya. Dibawah produksi gabungan antara eropa amerika, dan menggunakan bahasa asli yakni bahasa latin (Spanish) dan sebagian besar pengambilan gambar dilakukan di mexico.

Begitu pula struktural scene di buat long take dengan framing wide shot. Tidak ada cover dan shot reverse shot dalam dialog, begitu pula untuk scene perang, kita hanya diperlihatkan pejuang saling tembak dengan militer, tidak ada dramatisasi shot shot, mayoritas wide shot. Perhatikan pada Part 2 saat Che berada di kota, tidak dalam masa perjuangannya shot lebih di dramatisasi dengan depth of field dan close up, tetapi begitu ia masuk ke dalam hutan bersama pejuangnya sebagai gerilyawan sinematografi kembali pada keadaan semula wide shot, tanpa depth of field. Dalam semua scene yang memperlihatkan Che bersama pejuangnya tidak ada shot dengan depth of field yang lazim kita temukan dalam membingkai seorang tokoh protagonist, terutama dalam biopik seperti ini, tetapi in relevan terhadap ideologi dibalik depth of field yang memilah milah manusia berdasarkan kelas dan melapis lapiskan film berdasarkan depth tersebut, yang secara esensi dilawan oleh Che dan ideologi marxis yang memperjuangkan kesama rataan. Sinematografi dalam Che part 1 dan part 2 haruslah diberi catatan tersendiri dalam membentuk film secara keseluruhan berjarak, dan diatas segalanya mengadaptasi prinsip teori realis marxis (estetika marxis) dalam merepresentasikan sebuah sejarah, lebih spesifik sebuah biopik dengan pendekatan yang tidak lazim pada film film biopik, bagi penonton awam, atau penonton mainstream dengan pendekatan yang meyulitkan mereka untuk beridentifikasi , film dengan durasi yang cukup panjang, 4 jam lebih, membutuhkan sebuah usaha sendiri. secara struktural Part 2 berbeda dengan Part 1 dimana pola temporal maju mundur di Part 2 temporal berjalan linear.

Secara keseluruhan film Che part 1 dan part 2 ini tidak mencoba untuk analitis dalam melihat subjeknya maupun kejadian kejadian dalam ruang dan waktu koteks diegetic film, tetapi lebih merupakan demostrasi (agitation) dari penggambaran tokoh Che.

Setelah secara garis besar kita melihat film Che part 1 dan part 2 yang memiliki judul asil The Argentine dan Guerilla, konteks film ini menjadi penting. Kenapa dengan teknis storytelling dari segi bentuk dan gaya mempresentasikan Che sedemikian rupa? Mengingat soderbergh adalah seorang sutradara mainstream Holywood yang membuat trilogy Ocean’s. tapi di zaman non revolusioner ideologi maupun sosial ini mengapa soderbergh kemudian harus mengangkat Che seorang tokoh sayap kiri, berideologi marxis komunis sekarang (2008)? Dan cerita di balik pembuatan filmnya sendiri merupakan catatan penting yang pada akhirnya membingkai Che part 1 dan Part 2 utuh sebagai film yang mengadaptasi prinsip Teori film marxis.

Pembuatan film Che part 1 dan part 2 ini dapat dikatakan sebagai pembuatan film kontra Hollywood dengan gaya penceritaan Kontra naratif klasik. Sutradara yang duduk sebagai sinematografer dan editor, penggunakan kamera definisi tinggi yang di kenal dengan nama The Red One, pembiayaan multinasional amerika dan eropa dalam hitungan yang relative kecil, membuat film Che part 1 dan part 2 ini sebagai film epik independen. Dengan menggunakan kamera digital saat memungkinkan menggunakan kamera film atau yang memiliki kemampuan lebih tinggi merupakan pernyataan cara pembuatan film ala marxis yang menentang teknologi yang sering diartikan sebagai alat borjuis? Jawabannya sendiri mungkin iya dari pernyataan soderbergh ,saat semakin dalam ia melakukan riset bersama Benicio Del Toro dan Produsernya semakin dalam, ia menyatakan perang gerilya tidak jauh berbeda dengan pembuatan film secara gerilya. Posisi filmmaker dari film Che part 1 dan part 2 tidak jelas kiri atau kanan mengingat soderbergh adalah sutradara yang berpindah pindah antara independent dan mainstream. Apalagi kiri dan kanan pada film saat ini sudah tidak relevan dengan kondisi sosial politik dunia saat ini yang relatifstabil dan cenderung mengarah kepada isu timur tengah (agama) dan kemenangan telak ekonomi kapitalis saat ini. Tetapi saat membuat biopik seorang tokoh kiri, marxis. Soderbergh kembali ke masa itu dengan memposisikan pembuatan film ini dari sudut teori film marxis.

Revolusi

Yang menjadi fokus utama pada film ini sekali lagi adalah event revolusi di kuba dan Bolivia yang sebenarnya cukup kontras dimana di part 1 che bersama castro dan penjuangnya berhasil menggulingkan pemerintahan batista sedangkan di Bolivia sebaliknya, mengapa kedua kejadian itu yang di angkat? Ada beberapa tahap yang menumental (penting) dalam kehidupan che yang dapat diangkat dari masa kecilnya menderita asma, dan menyebabkan ia tidak dapat bermain bersama teman temannya sehingga ia menjadi seorang pembaca yang lahap dalam usia muda, sebuah latar belakang kuat yang menjadikan Che seorang intelek. Motorcycle diaries, Perjalanannya mengelilingi amerika selatan bersama rekannya Alberto Granado yang dituangkan sendiri oleh Che dalam diarinya, dimana ia melihat kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan. Revolusi kuba, paska revolusi kuba yang terkenal dengan eksekusi Che terhadap mantan pekerja Batista, tahun tahun ekspedisinya di kongo dan revolusi di Bolivia yang gagal dan menyebabkan kematiannya. Tetapi film ini hanya berfokus pada kejadian revolusi yang kontras, saat di kuba di perlihatkan bagaimana tentara revolusi di sambut baik oleh rakyat mereka di berikan makanan dan dukungan di sambut bak pahlawan, dukungan sosial dan ekonomi yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada kemenangan. Dan berhasil menjadi tuan rumah atas negeri sendiri menentang keras imperialisme amerika bahkan dapat bertahan dengan embargo ekonomi selama hampir 50 tahun,sekarang. Sedangkan revolusi dikuba dipimpin olehnya tanpa inisiatif dari masyarakat bahkan kelas penguasa sendiri, yakni partai komunis. Pada intinya sebuah revolusi yang pasif. Tanpa kemauan dan keinginan untuk memerdekakan diri dari jeratan imperialism. Bahkan saat ia menjelaskan tujuan revolusi pada rakyat jelata mereka tidak tampak antusias. Pada akhirnya gagal. Ide daripada film Che ingin membawa hal tersebut keatas, sebuah revolusi haruslah di jalankan bersama dengan inisiatif bersama untuk berhasil, walaupun Che pemimpinnya, tetapi yang dipimpin olehnya sendiri haruslah berkeinginan kuat dan sadar akan tujuan revolusi.

Posisikanlah naratif klasik sebagai posisi nyaman, sekaligus sebagai naratif yang ebrwenang karena hampir semua film akan melewati proses dilihat dari sudut pandang naratif klasik. Maka dalam menggambarkan Che dalam part 1 dan Part 2, soderbergh membawa kita pada posisi sebaliknya. Tidak seperti kebanyakan pemimpin yang pada akhrinya lebih mementingkan posisinya sebagai kelas penguasa, tetapi film ini menunjukkan komitmen Che sebagai pejuang kelas sosial. Bagi seluruh rakyat amerika selatan. Dibuktikan pada awal Part 2 dimana ia mengirimkan surat kepada Castro dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri.oleh karena itu saat menceritakan tentang seorang Che, ia tidaklah digambarkan sebagai figur pahlawan yang ikonik. Tetapi lebih mebangun kesadaran akan perjalanannya seobjektif mungkin dan kualitas manusia dalam meruntuhkan struktur yang mendominasi.

Film Che Part 1 dan Part 2 ini adalah jenis film yang secara naratif mereflesikan pembuatan film itu sendiri. membuat sebuah film tentang para gerilyawan ini, membawa pengertian bagi filmmaker Che part 1 dan Part 2 ini dalam kondisi yang luar biasa sulit dalam membuatnya, sama dengan kerasnya kondisi yang dihadapi oleh pejuang itu pada masa revolusi. Ini secara sadar atau tidak sadar menjadi motivasi bagi filmmaker sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan yang diakuinya,sulit. Juga penghargaan bagi para pejuang ini, walaupun secara naratif dan visual tidak di perlihatkan demikian. berangkat dari sebuah diari yang menceritakan perjuangan revolusionernya di kedua Negara Kuba dan Bolivia berdasarkan kejadian sehari hari yang di hadapinya bukanlah sebuah naratif yang memiliki fase cepat apalagi dramatis. Tetapi lebih ke detil dan informative, oleh sebab itu untuk menuangkannya ke dalam film, tanpa mengkhianati esensi dari diari, dari revolusi itu sendiri maka tempo dinamis film menyesuaikannya dengan fase dalam diari. Tidak hanya semata mata membuat penonton tertidur dengan nyaman tanpa self awareness. tetapi sebaliknya seperti perjuangan itu sendiri yang terkadang mendorong para pejuang sampai titik yang tidak manusiawi, maka sebagai reward atasnya film ini juga membawa kita pada situasi apa adanya tanpa invervensi authorian yang berlebihan dan shot shot dengan durasi yang cenderung panjang serta lebar (wide).

Pembuatan film ini yang didanai secara independen oleh gabungan perusahaan amerika eropa termasuk sangat kecil, dengan jadwal syuting yang ketat yakni 39 hari bagi setiap filmnya. Tetapi dengan etos kerja yang cepat dan efektifitas penggunaan kamera The Red One yang memang bertujuan sebagai kamera bagi guerilla filmmaking, sekaligus mampu memngantarkan gambar seindah 35 mm. sebuah film tentang gerilya yang sudah dapat dikatakan menggunakan metode gerilya dalam pembuatannya.

Pembuatan the argentine dan guerilla (part 1 dan part 2) walaupun di shoot secara bersamaan, di spanyol dan mexico tetapi secara gaya keduanya konsisten berbeda. Dapat diperhatikan part 1 lebih kepada pakem Hollywood dimana kamera lebih stabil fix, atau bergerak dengan halus diatas steadycam dan dolly. Aspect ratio juga berbeda part 1 menggunakan aspect ratio widescreen scope. Dengan sentuhan alunan music alberto Iglesias sebagai pembangun tensi yang dibutuhkan dan adegan aksi tembak tembakan di Santa Clara walaupun tidak mengadaptasi visualisasi film perang pada umumnya tetapimerupakan sebuah aksi yang mengena di tempatkan di belakang film. Sedangkan guerilla lebih banyak menggunakan depth of field, aspek ratio 1.85 : 1 menggunakan handheld yang kasar dan jauh lebih gelap dibandingkan part 1.

Kedua film melanggar sebangayk mungkin konvensi konvensi ala film Hollywood, paruh awal film Che part 1 sangat ambigu, membiarkan penonton untuk mencoba mengisi ruang antar aksi satu dengan aksi yang lain. Kita hanya tahu serangkaian kejadian tersebut akan berakhir di santa clara, tetapi apa yang biasanya kita temuka pada film apalagi biopic,dimana secara struktur klasik film dibangun sebagai sebuah aksi reaksi sampai menuju kesimpulan di akhir film, tidak dapat kita temukan. Soderbergh malah memilih untuk memeprlihatkan keseharian selama Che dan pasukannya berjuang, yang secara praktis dan ideologis bermakna, bukan hanya sekedar untuk mencapai tujuan yang kita semua sudah jelas Goal, need dan desirenya serta konflik yang dihadapinya, mengingat ini adalah sebuah biopik sejarah. Dan hasil akhirnya sebagian besar mengetahuinya, jadi dengan baik soderbergh mengantarkan sebuah pengalaman kira kira seperti apa gerilyawan pada waktu itu. Sarat makna dan memiliki tujuan yang jelas dalam sebuah film. Dengan plot maju mundur pada scene terakhir film kita malah di perlihatkan scene awal saat Che bertemu dengan Fidel Castro dan menyatakan akan membebaskan seluruh amerika selatan dan fidel castro menyebut Che gila, kontradiktif dengan awal film di adegan yang sama dimana fidel castro mangajak Che untuk bergabung dengannya dalam perjuangan revolusi di kuba tetapi tanpa orang dan persenjataan yang mendukungnya Che menyebutnya gila, adegan awal yang bahkan sebelum perang revolusi dimulai, adalah kesimpulan bahwa visi seorang Che sebagai pahlawan revolusi.

Absennya emosi dalam menggambarkan tokoh Che dan sangat minimnya penggunaan Close Up untuk membingkai sang tokoh tersebut, merupakan hal yang tepat dan sesuai dengan prinsip Che yang “tidak biasanya”. Sebagai seorang revolusioner, membingkainya dalam sebuah frame yang konvensional dirasakan tidak tepat, dan secara prinsip bertentangan. Hanya beberapa penggunaan Close Up yang paling dapat kita rasakan adalah scen scene di New York, dimana Che dikerubutin oleh paparazzi, dan imej tersebut sangat lah terkenal dan momen tersebut di bingkai kembali dalam film sebagai kunci untuk menghubungkan sejarah dan film Che part 1 ini.

Kesimpulan

Che part 1 dan Part 2 (the Argentine dan Guerilla) dalam memperlihatkan biopik seorang Ernesto “ Che” Guevara harus dikaji secara dialektiks yaitu melihatnya sebagai sebuah bentuk dan mencari esensinya, secara bentuk Che tidak terlihat esensinya karena sedemikian rupa bentuk dari Che yang tidak lazim membentuk sebuah jarak antra film dengan penonton tetapi itulah tujuannya dalam membuat film seorang marxis maka dengan pendekatan teori film marxis lah cara yang tepat untuk membingkainya. Tetapi ini tidak kehilangan esensinya, berada di seberang naratif klasik, untuk melihat esensinya tidak lazim seperti yang kita temukan, dimana pada naratif klasik, kita (penonton) adalah maha tahu, dibutuhkan referensi yang kuat saat menonton Che Part 1 dan Part 2. Dan implementasi serta referensi ideologis jelas terlihat pada setiap bagian Film, tanpa menjadikan film ini “berkoar koar” tentang ideologi, inilah contoh film yang menggunakan alat alat bentuk dan gaya secara tepat untuk member bentuk sesuai dengan esensi daripada film.

*****

1 komentar:

  1. wogh pnjg amat! emank ada filmnya itu? ampe dibuat part 1 part 2?

    BalasHapus